Menurut Gustaf Freytag, plot atau kerangka cerita terdiri dari
(a) exposition atau pengenalan awal cerita,
(b) complication atau pertikaian awal,
(c) conflict atau pertentangan menuju puncak,
(d) klimaks atau titik puncak peristiwa, dan
(e) resolution atau penyelesaian.
Pada tahap pengenalan diceritakan gambaran tokoh, latar, suasana dan problem yang dialami tokoh. Pada tahap komplikasi terjadi persinggungan antartokoh atas masalah dan peristiwa yang dialami yang makin memanas. Ada tahap pertentangan atau konfliks terjadi pertentangan antartokoh yang makin memuncak. Pada tahap klimaks terjadi konfliks atau pertentangan puncak. Pada tahap terakhir, tahap penyelesaian. Penyelesaian suka maupun duka. Bila naskah berakhir dengan dukacita orang menamakan drama tragedi. Bila berakhir dengan suka orang menamakan drama komedi. Namun demikian, naskah yang baik biasanya penyelesaian masalah atau akhir cerita dibuat secara menggantung.
Dalam drama dikenal ada tiga jenis alur cerita. Alur linier yaitu peristiwa atau kejadian berurutan dari awal (eksposisi, komplikasi), tengah (konfliks dan klimaks) dan akhir (resolusi). Alur mundur atau flash back/sirculair, bila naskah diawali dengan akhir cerita atau penyelesaian, baru kemudian dirunut peristiwanya mengapa hal itu terjadi. Sedangkan alur episodik, ketika cerita berupa episode atau bagian-bagian peristiwa yang saling berhubungan.
Jika diskemakan jenis alur atau jalan cerita tampak dalam bagan alur berikut ini.