Seorang penyiar harus mampu memposisikan dirinya sebagai audience atau pendengar untuk mencapai level komunikasi yang bisa diterima. Bagaimana caranya? Mulailah berlatih menjadi pendengar yang baik, menjadi observer yang cermat. Dengan mendengarkan referensi dari berbagai penyiar atau kebetulan berbincang dengan salah satu pendengar kita jadi mendapatkan insight baru. Insight tersebut bisa dijadikan modal untuk kita menjadi lebih baik lagi.
Jadi penyiar radio bukan hanya asal cuap-cuap di ruang siaran. Semua yang dilakukan selama on air adalah hasil diskusi yang panjang dan kemudian dituangkan ke dalam naskah. Meskipun sudah ada naskah, seorang penyiar juga dituntut untuk mengetahui banyak hal dan menjadi pendengar yang baik sehingga apa yang terlontar di ruang siaran tidak sekedar teks belaka. Perluaslah wawasan
Terkadang tidak semua percakapan yang dilakukan penyiar kepada audience-nya tertulis di skrip. Sebagai penyiar radio kita harus membuat sedikit improvisasi namun tidak melewati norma atau etika penyiaran yang berlaku. Seperti tidak menyinggung SARA atau mengikutsertakan opini pribadi masuk dalam pembahasan topik yang sensitif. Sebagai penyiar radio kita juga dituntut mewakili citra dari radio tempat kita bernauang, yaitu dengan tidak berpihak pada suatu paham tertentu.
Menjadi penyiar radio membuka kesempatan kita dikenal dan memiliki penggemar. Tidak hanya saling sapa saat siaran, kalian yang ingin benar-benar menekuni profesi ini juga harus mampu menjalin relasi yang baik di luar ruang siaran. Entah itu kepada pendengar, artis, produser musik atau siapapun orang yang bersinggungan dengan industri ini.