Seperti dalam cerita pendek dan novel, karakter tokoh dalam cerita drama digambarkan berdasarkan keadaan fisik (fisiologis), psikis (psikologis) san sosial (sosiologis). Berikut ini adalah bagaimana penulis naskah melukiskan watak tokoh dengan ketiga penggambaran tokoh tersebut.
Penerapan tokoh berdasarkan penggambaran fisik tokoh ditandai oleh umur, jenis kelamin, ciri-ciri tubuh, cacat jasmaniah, ciri khas yang menonjol, suku, bangsa, raut muka, kesukaan, keadaan tubuh: tinggi-pendek, kurus-gemuk, suka senyum-cemberut, dll. Ciri fisik ini dapat dihubungkan dengan perwatakan.
Penerapan tokoh berdasarkan gambaran psikis dapat dilakukan dengan menganalisis karakter tokoh, kebiasaan-kebiasaan, aspirasi, motivasi, dan sikap hidup, dan pertualangan tokoh. Gambaran psikis tokoh itu dapat terjadi pada tokoh protagonis, yaitu tokoh yang membawa ide dan mengembangkan jalan cerita, maupun tokoh antagonis, yaitu tokoh yang menentang ide dan mengembangkan jalannya cerita.
Penerapan tokoh berdasarkan gambaran sosial tampak pada profesi, pekerjaan, dan aktivitas rutin yang dilakukan tokoh dalam naskah. Seorang penganalisis naskah harus mampu menandai status sosial tokoh dalam naskah. Ani dan Ina adalah wanita penghibur. Tompel adalah pengangguran yang mengawal Ani dan Ina pada saat bekerja mencari pelanggan. Kakek adalah penunggu kolom, mantan pengusaha yang gagal. Babah Liem adalah pedagang yang berjiwa sosial. Dan prosedur penerapan watak tokoh dalam naskah drama dilakukan dengan langkah-langkah berikut: Pertama, Membaca naskah secara keseluruhan. Kedua, Menentukan tokoh utama dan tokoh pembantu. Tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Ketiga, Membuat analisis karakter tokoh dari aspek fisik, psikologis, dan sosial baik tokoh utama maupun pembantu, baik tokoh protagonis maupun antagonis.
Source:
Suroso, Drama: Teori Praktik dan Pemenrasan, Yogyakarta: Elmatera Publisher, 2015