Wah.. apa ini maksudnya alasan dari jaman purbakala? Nah.. penjelasannya seperti ini, bayangkan anda masih berada di jaman purbakala, di mana anda masih memakai pakaian seadanya dari bulu binatang dan memegang pentungan dari kayu. Pekerjaan anda sehari-hari adalah berburu binatang untuk dijadikan santapan anda dan keluarga.
Kemudian anda menghadapi situasi seperti berikut: anda berdiri sendirian di tanah lapang yang luas, tidak membawa senjata dan dikelilingi makhluk-makhluk tak dikenal yang semuanya menatapanda. Menurut anda, apakah situasi tersebut termasuk situasi yang nyaman atau justru situasi yang berbahaya?
Saya kira anda akan menjawab “Wah.. kalau kondisinya demikian itu situasi bahaya gawat darurat, bisa-bisa itu adalah kondisi di mana saya akan dijadikan mangsa.” Dan ketika hal itu terjadi, apa yang anda rasakan? Gemetar, keluar keringat dingin, perut mulas dan tentu saja anda siap melarikan diri.
Memang sekarang jaman sudah berubah, anda tidak lagi harus berburu atau dikejar-kejar harimau dan dinosaurus. Akan tetapi tampaknya otak kita masih belum sepenuhnya beradaptasi. Coba kita cermati kondisi ketika berpresentasi, bukankah hampir sama dengan kondisi yang di atas? Anda berdiri sendirian, tidak membawa senjata dan dikelilingi orang-orang yang tidak anda kenal yang semuanya menatap anda. Begitu anda menghadapi situasi ini, otak kita langsung berkata “Wah.. ini kondisi bahaya” sehingga anda langsung gemetaran, keluar keringat dingin dan kalau bisa ingin cepat-cepat kembali ke tempat duduk.
Sehingga wajar saya jika kita merasa takut ketika akan berpresentasi, karena memang kita mewarisi sistem dari jaman purbakala yang didesain seperti itu.
Salah satu hal yang banyak menghalangi kita untuk semakin maju adalah takut gagal. Sebelum berpresentasi kita sudah membayangkan bagaimana kalau nanti di tengah-tengah presentasi saya tiba-tiba lupa, bagaimana kalau ternyata audiens tidak suka dengan topik yang saya bawakan, bagaimana kalau tiba-tiba laptop saya meledak. Dengan sekian banyak pikiran negatif itu, wajar saja kalau akhirnya sebelum presentasi kita merasa takut. Dan akhirnya malah terjadilah hal-hal yang kita takuti itu.
Jadi, cobalah untuk berteman dengan kegagalan. Jika anda memang sudah melakukan persiapan dengan matang, dan ternyata di tengah-tengah presentasi anda lupa atau laptop anda meledak, ambil saja sisi positifnya. Berarti anda akan punya topik menarik yang bisa anda ceritakan pada teman-teman anda atau bahkan anda gunakan pada presentasi anda yang selanjutnya.
Satu hal lagi yang perlu kita sadari adalah audiens sebenarnya ingin kita berhasil. Saya kita tidak ada orang yang pergi ke suatu acara presentasi dan berharap “Saya ingin nanti seminarnya berlangsung membosankan dan kalau perlu pembicaranya lupa-lupa terus di tengah-tengah presentasi”. Audiens berharap bahwa mereka akan mendengarkan presentasi yang menarik, sehingga mereka bisa belajar sesuatu yang baru, terhibur dan terinspirasi karenanya.
Pernahkah anda belajar menyetir mobil? Ketika pertama kali menyetir apakah anda merasa nervous? Sudah tentu. Kita merasa takut dan tidak nyaman, segala macam pertanyaan dan kejadian muncul di benak kita waktu itu. Mulai dari bagaimana ini caranya pindahkan persneling, kapan saya musti belokkan setir sampai bagaimana kalau saya menabrak rombong bakso di depan. Sekarang ketika anda sudah mahir menyetir, apakah anda masih takut? Sudah tidak lagi kan.
Demikian juga dengan presentasi, pertama-tama kita merasa takut karena hal itu merupakan sesuatu yang baru sehingga kita tidak terbiasa. Presentasi juga suatu aktifitas yang tidak setiap hari kita lakukan, kecuali kalau anda seorang guru atau sales. Jadi wajar-wajar saja ketika di awal-awal anda merasa takut. Akan tetapi ketika kita sudah melakukannya berulang-ulang kali, lama kelamaan kita akan menjadi terbiasa. Mungkin rasa takut itu tetap ada, akan tetapi intensitasnya sudah jauh berkurang dan dapat kita atasi.
Nah, kalau ini adalah sebabnya mengapa anda takut, maka saya katakan anda memang benar-benar berhak 100% untuk merasa takut. Sebagai seorang presenter sudah merupakan kewajiban anda untuk benar-benar melakukan persiapan dengan matang, mengingat sekian banyak audiens yang sudah meluangkan waktu berharga mereka untuk mendengarkan anda. Audiens akan bisa memaafkan segala kesalahan atau kegagalan yang anda alami ketika anda presentasi kecuali jika anda gagal karena anda tidak/kurang persiapan.
Surce:
David Pranata, Speak with Power, Jakarta: Elex Media Komputindo, 2016